It's always a nerve-wrecking moment
to write a birthday post. The time when you recount all these left years and
try to remember anything that made sense at that time. And this is one of it,
you know. Like everyone should've gotten, i finally got it too. My 17.
So i was afraid like hell when i was
going to be 17. And still not sure why. But the only thing i realize, 17 is
when you'll be blamed for the childish and silly things you did..when being a
grownup is not a thing i'm good at. 17 just doesn't suit me, or i thought so.
But when the day comes, i had to wake up like the other years. Overloaded
birthday greetings on my inbox and mentions and wall-posts and i felt like it's
just it. And-so-what? This is too normal to be a 17 to get those tippy-tappy
words. I WANTED MORE. Since i'm already 17. But what would I do if my roommates
theirselves didn't remember my big day?
It sucks.
**
2 Agustus. Pesan paling bawah dari
Sabrina. She was the first, then Mom coming up next. Pesannya panjang lebar
tinggi sampe gak bisa di capture. Aku balesin satu satu dengan sabar, penuh
perasaan dan kebosanan dan kecapekan, dan yaudah. Seperti hari-hari
biasanya, aku merapikan kasur dan buku-buku pelajaran, laptop, notebook,
charger, proposal, surat pun kumasukkan kedalam tas. Mandi. Sekolah. Dibanjirin
ucapan di jalan dan berasa kayak artis. Dan yaudah.
Kemudian colut pelajaran LH karena
ngurusin ulang tahun sekolah, dan pulang dorm. Baru beberapa menit duduk ada
sms masuk. Mbak Ika.
"Dek ayo tak tunggu di RO
ya"
Fiuh. Akhirnya aku berangkat nyari
sponsor di jam-jam orang jumatan. Tiga tempat kami datangi dan untungnya aku
dan Mbak Ika think smart buat nyari sponsor di tempat-tempat yang ada AC-nya
biar bisa sekalian ngadem. Pertama ke Seephylliz, lumayan cuci mata liat
barang-barang distro yang undeniable kecenya. Kemudian mampir ke Rumah Warna
dan ketemu barang-barang yang cimit-cimit. Sebenarnya kapan hari aku udah ke
Rumah Warna sama Dilia buat nyari sesuatu, dan ketemu sama desk clock yang
bentuknya unyu setengah hidup: kamera. I want it like boyfriend *oops. Taaapi,
hari ini benda cimit itu nggak ada. I wonder who brought my camera clock dan
berniat buat neror itu orang sampe dia bunuh diri. Akhirnya yaudah, keluar toko
dengan hati kayak gini:
Habis itu ke bank-bank dan nemenin
Mbak Ika setor dulu ke BRI. Nungguin lamaaa sampai akhirnya dapet sms dari
Bima.
"Teman2 dan kakak2 segera ke RO
ya. Rapat jam 1, urgent! Mohon kedatangannya."
Oke ampun Bim, ampun. Gue belum
kelar ini urusan satu. Dan akhirnya kami pun berangkat kembali ke sekolah untuk
rapat. Ternyata ada senior OSIS yang udah alumni. Dan aku benar-benar tahu
kemana arus rapat ini.... Nggak usah dibahas ya. Pokoknya it's a tiring and
boring and unmotivating OSIS meeting ever. Akhirnya pulang dengan perasaan
kayak berhasil keluar dari kandang singa.
Aku merebahkan diri di kasur karena
emang beneran capek. Sampe lupa hari ini aku puasa karena emang bener-bener
hari yang padet. Dan satu lagi, aku lupa hari ini aku ulang tahun dan belum doa
karena tadi pagi bangkong. Akhirnya aku sholat ashar dan doa dulu. Buka, sholat
maghrib dan mandi. Eh, habis mandi si Zhi dateng teriak-teriak di balik pintu
kamar.
"Lid uliid! We nengndi??!"
Dari nadanya kayak orang minta
tolong buat ngedengerin cerita bagus. Dan ternyata emang bener.
"Aku dijak dolan homo, enteni
aku yaa, we gausah tarweh aee. Aku gak wani neng asrama dewe."
Aku berpikir sejenak. Kemudian..
"Moh."
Aku beranjak pergi tarawih
meninggalkan orang yang mencoba merusak iman saya untuk mengantarkannya ngedate
dengan seseorang yang lain. Iyuhhh. Akhirnya aku tarawih tuntas dan pulang
dengan unyu. Dari kejauhan aku lihat sosok Mas Tiron (nama aslinya Rizki
Aditya) membawa gitar yang bentuknya mirip sama gitarku, bersama Hania dan Mbak
Tika. Aku mendekat dan ternyata emang iya itu gitarku! My boyfriend is back!!!
*nyetel violin versionnya Rebel Heart*
Aaaak dan akhirnya jadilah acoustic
night di halaman dorm dibawah lampu jalan. Aku dinyanyiin happy birthday sama
Mas Tiron dan uwaa itu keren banget >< Aku ambil alih gitarnya dan
memulai sesi galau bersama Hania.
"Gotta
change my entering machine now that i'm alone..
Cause
right now it seems that we can't come to the phone..
And
I know it makes no sense...
Enough
is enough, no more walkin' 'round with my head down,
I'm
so tired of being blue crying over you..
And
I'm so sick of love song
So
tired of tears
So
done with wishing
You
were still here
Said
i'm so sick of love song~"
Dan ZAP!
Duniaku tiba-tiba gelap. Seseorang
menyanderaku dari belakang dan aku bener-bener gak tahu itu siapa. Semua suara
cowok, spontan aku histeris dan nyebut terus.
"Meneng! Nek ra meneng we ra
slamet!"
"WHAT THE HECK??! WE WI SOPO
NGONGKON-NGONGKON AKU MENENG?! BUKAAAK WOY BUKAK!!"
Segerombolan cowok itu tidak peduli
dan malah mengangkatku ke motor, membawaku pergi. Suasana sangat gelap dan aku
gak bisa ngeliat apa-apa kecuali sinar lampu jalanan. Aku takut, banget sampe
nangis dan bertanya-tanya siapa orang-orang ini. Aku bahkan belum lepas mukena.
Ya ampun ini random banget. Tapi satu yang aku tahu, seseorang yang ada di
belakangku waktu naik motor, itu Adi. Aku familiar dengan suaranya. Tapi siapa
yang mengendarai motor yang aku naiki, waktu itu masih misteri. Yang jelas itu
cowok dan perawakannya tinggi besar. Dan orang pertama yang aku pikirkan adalah
Agung, karena motornya matic dan motor Agung kebetulan juga matic. Tapi aku
bener-bener gak tau.
Satu, lima, sepuluh, lima belas
menit aku disergap dalam kegelapan dan dibawa ke suatu tempat yang aku nggak
tahu kemana. Akhirnya.....motor matic yang aku naiki berhenti dan aku
diturunkan. Pertama aku disuruh rebah. Kemudian disuruh duduk. Aku merasa ada
cahaya terang di depanku.
"Siji..loro..telu.. Buka!"
Benda yang menyergapku dari tadi pun
dilepaskan dariku. Dan..
"Happy
birthday Ulid..
Happy
birthday Ulid..
Happy
birthday, happy birthday
Happy
birthday Ulid.."
Aku di parkiran sekolah. Ada 17
lilin disusun merangkai angka 17. Dan didepanku ada 5 orang Adi, Sarkem,
Zhizhi, Agung, Rengga dan Rahma membawakan tulisan: HAPPY
BIRTHDAY ULID, WE ALWAYS LOVE YOU.
Kemudian aku nangis sejadi-jadinya.
Ya Allah, what kinda day is this? Rasanya kaya digaplok, punya segini banyak
temen yang inget dan berusaha buat bikin aku seneng, tapi masih belum
bersyukur.
Rahma maju ke depan membawakan kue
yang dihiasi lilin-lilin kecil. Aku merangkai doa dan meniupnya satu
persatu. Mereka menyuruhku meniup 17 lilin di hadapanku tadi satu-satu.
Perasaanku masih random banget. Dan masih nggak bisa ngomong apa-apa, masih
terus nangis.
"Aduh.. Makasih ya cah.. Ya
Allah aku gak nyongko.. Ya Allah.." hanya itu kata-kata yang keluar dari
mulutku selanjutnya.
"Habede ya lid.."
Dan ternyata ada Ericko. Aku
bener-bener gak nyangka orang itu ada disini. Maksudku, aku baru beberapa hari
kenal sama dia dan sekarang dia disini buat ikutan ngasih aku surprise. Aku
masih belum percaya, semua ini, disini, saat ini. God, you must be kidding me.
Dan ternyata dari tadi divideo sama Abim. Ah sial.
"Lid ini kadonya, dibuka
ya.." kata Zhizhi.
"Ojo dirusak lho, wi mbungkuse
dengan penuh perasaan masane!" tambah Rengga.
Aku membukanya perlahan dan akhirnya
muncul sebuah kotak. Mereka menyuruhku membukanya dan ternyata isinya.......jam
di Rumah Warna. Jam kameraku yang unyu. Mereka membelikannya untukku. Ya ampun
rasanya kayak di sinetron. Aku berkali-kali mengucapkan terima kasih karena aku
memang sangat-sangat menginginkannya, tapi harganya mahal jadi aku berpikir
untuk nabung dulu. Tapi mereka memberikannya secara cuma-cuma. Aaaa you guys
really win this night :'')
Semua memelukku dengan erat dan
memberikan ucapan selamat padaku. Aku nangiiiiiis laagiii. Note: aku masih pake
mukena habis tarawih tadi. Akhirnya mereka melumeri wajahku dengan krim,
memberesi semuanya dan mengantarku pulang. Aku dianter Ericko, bertiga sama
Rahma.
"We mau mikirmu sing nggonceng
kowe Agung to? Padahal aku. Mau kok pikir sing njunjung kowe Gembul to? Padahal aku… Mau jaketku lho, Lid.
Bar tak ngge basket yo'an. Enak to ambune?"
Hening. Tanpa basa-basi kulumeri
wajah Ericko dengan krim tanpa peduli omelannya sepanjang jalan. Setelah itu
aku bersihin wajah dan beresin barang-barang pemberian mereka tadi. Dan habis
itu ke alun-alun buat beli tahu petis sama Adi, Rahma dan Sarkem. Aku gak
peduli walau itu udah jam 9 dan gerbang sekolah pastinya bakalan tutup. Kami
menikmati tahu petis dan pura-pura lupa kalo besoknya harus sekolah. Akhirnya
jam 10an kita pulang. Dan ketika sms ucapan mereda, si henpon berdering lagi.
Ternyata Cungkring ngucapin selamat ulang tahun, dan dia manggil gue Kak
Hilmah. Ketika aku tanya kenapa manggil gitu, katanya aku ingin menjadi jerami
diantara tumpukan jarum -_- yo wis iyo, sak bahagiamu, Cung. Kok ucapne
terakhir ae aku wis seneng. Akhirnya disuruh tidur sama Cungkring karena udah
malem dan takut besok telat sahur.
And probably 17 is as sweet as they
said. I love you guys <3 span="">3>
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Special thanks to these people: Mom, Dad, Naasa Fikri, Adi Ariyanti, Kurnia Dilia, Zhizhilia Zulfa Nabila, Binsar Rifaldi, Agung Abrianto, Rengga Danutirta, Ericko Rahadiyan, Abim Prakoso, Rahma Maulida, Anggun Alviana, Benediktus Andre Setyawan, Selgita Fitrian, Windu Prasitama, Elistya Hestin, Niken Widyawati, Nabela Karima Putri, Farah Adiba Lutfiana for making my year.
No comments:
Post a Comment