13.8.13

Seventeenity



It's always a nerve-wrecking moment to write a birthday post. The time when you recount all these left years and try to remember anything that made sense at that time. And this is one of it, you know. Like everyone should've gotten, i finally got it too. My 17.
So i was afraid like hell when i was going to be 17. And still not sure why. But the only thing i realize, 17 is when you'll be blamed for the childish and silly things you did..when being a grownup is not a thing i'm good at. 17 just doesn't suit me, or i thought so. But when the day comes, i had to wake up like the other years. Overloaded birthday greetings on my inbox and mentions and wall-posts and i felt like it's just it. And-so-what? This is too normal to be a 17 to get those tippy-tappy words. I WANTED MORE. Since i'm already 17. But what would I do if my roommates theirselves didn't remember my big day?

It sucks.

**

2 Agustus. Pesan paling bawah dari Sabrina. She was the first, then Mom coming up next. Pesannya panjang lebar tinggi sampe gak bisa di capture. Aku balesin satu satu dengan sabar, penuh perasaan dan kebosanan dan kecapekan, dan yaudah. Seperti hari-hari biasanya, aku merapikan kasur dan buku-buku pelajaran, laptop, notebook, charger, proposal, surat pun kumasukkan kedalam tas. Mandi. Sekolah. Dibanjirin ucapan di jalan dan berasa kayak artis. Dan yaudah.

Kemudian colut pelajaran LH karena ngurusin ulang tahun sekolah, dan pulang dorm. Baru beberapa menit duduk ada sms masuk. Mbak Ika.

"Dek ayo tak tunggu di RO ya"

Fiuh. Akhirnya aku berangkat nyari sponsor di jam-jam orang jumatan. Tiga tempat kami datangi dan untungnya aku dan Mbak Ika think smart buat nyari sponsor di tempat-tempat yang ada AC-nya biar bisa sekalian ngadem. Pertama ke Seephylliz, lumayan cuci mata liat barang-barang distro yang undeniable kecenya. Kemudian mampir ke Rumah Warna dan ketemu barang-barang yang cimit-cimit. Sebenarnya kapan hari aku udah ke Rumah Warna sama Dilia buat nyari sesuatu, dan ketemu sama desk clock yang bentuknya unyu setengah hidup: kamera. I want it like boyfriend *oops. Taaapi, hari ini benda cimit itu nggak ada. I wonder who brought my camera clock dan berniat buat neror itu orang sampe dia bunuh diri. Akhirnya yaudah, keluar toko dengan hati kayak gini:

Habis itu ke bank-bank dan nemenin Mbak Ika setor dulu ke BRI. Nungguin lamaaa sampai akhirnya dapet sms dari Bima.

"Teman2 dan kakak2 segera ke RO ya. Rapat jam 1, urgent! Mohon kedatangannya."

Oke ampun Bim, ampun. Gue belum kelar ini urusan satu. Dan akhirnya kami pun berangkat kembali ke sekolah untuk rapat. Ternyata ada senior OSIS yang udah alumni. Dan aku benar-benar tahu kemana arus rapat ini.... Nggak usah dibahas ya. Pokoknya it's a tiring and boring and unmotivating OSIS meeting ever. Akhirnya pulang dengan perasaan kayak berhasil keluar dari kandang singa.

Aku merebahkan diri di kasur karena emang beneran capek. Sampe lupa hari ini aku puasa karena emang bener-bener hari yang padet. Dan satu lagi, aku lupa hari ini aku ulang tahun dan belum doa karena tadi pagi bangkong. Akhirnya aku sholat ashar dan doa dulu. Buka, sholat maghrib dan mandi. Eh, habis mandi si Zhi dateng teriak-teriak di balik pintu kamar.

"Lid uliid! We nengndi??!"
Dari nadanya kayak orang minta tolong buat ngedengerin cerita bagus. Dan ternyata emang bener.

"Aku dijak dolan homo, enteni aku yaa, we gausah tarweh aee. Aku gak wani neng asrama dewe."
Aku berpikir sejenak. Kemudian..
"Moh."

Aku beranjak pergi tarawih meninggalkan orang yang mencoba merusak iman saya untuk mengantarkannya ngedate dengan seseorang yang lain. Iyuhhh. Akhirnya aku tarawih tuntas dan pulang dengan unyu. Dari kejauhan aku lihat sosok Mas Tiron (nama aslinya Rizki Aditya) membawa gitar yang bentuknya mirip sama gitarku, bersama Hania dan Mbak Tika. Aku mendekat dan ternyata emang iya itu gitarku! My boyfriend is back!!! *nyetel violin versionnya Rebel Heart*
Aaaak dan akhirnya jadilah acoustic night di halaman dorm dibawah lampu jalan. Aku dinyanyiin happy birthday sama Mas Tiron dan uwaa itu keren banget >< Aku ambil alih gitarnya dan memulai sesi galau bersama Hania.

"Gotta change my entering machine now that i'm alone..
Cause right now it seems that we can't come to the phone..
And I know it makes no sense...
Enough is enough, no more walkin' 'round with my head down,
I'm so tired of being blue crying over you..
And I'm so sick of love song
So tired of tears
So done with wishing
You were still here
Said i'm so sick of love song~"

Dan ZAP!
Duniaku tiba-tiba gelap. Seseorang menyanderaku dari belakang dan aku bener-bener gak tahu itu siapa. Semua suara cowok, spontan aku histeris dan nyebut terus.

"Meneng! Nek ra meneng we ra slamet!"
"WHAT THE HECK??! WE WI SOPO NGONGKON-NGONGKON AKU MENENG?! BUKAAAK WOY BUKAK!!"

Segerombolan cowok itu tidak peduli dan malah mengangkatku ke motor, membawaku pergi. Suasana sangat gelap dan aku gak bisa ngeliat apa-apa kecuali sinar lampu jalanan. Aku takut, banget sampe nangis dan bertanya-tanya siapa orang-orang ini. Aku bahkan belum lepas mukena. Ya ampun ini random banget. Tapi satu yang aku tahu, seseorang yang ada di belakangku waktu naik motor, itu Adi. Aku familiar dengan suaranya. Tapi siapa yang mengendarai motor yang aku naiki, waktu itu masih misteri. Yang jelas itu cowok dan perawakannya tinggi besar. Dan orang pertama yang aku pikirkan adalah Agung, karena motornya matic dan motor Agung kebetulan juga matic. Tapi aku bener-bener gak tau.
Satu, lima, sepuluh, lima belas menit aku disergap dalam kegelapan dan dibawa ke suatu tempat yang aku nggak tahu kemana. Akhirnya.....motor matic yang aku naiki berhenti dan aku diturunkan. Pertama aku disuruh rebah. Kemudian disuruh duduk. Aku merasa ada cahaya terang di depanku.

"Siji..loro..telu.. Buka!"

Benda yang menyergapku dari tadi pun dilepaskan dariku. Dan..

"Happy birthday Ulid..
Happy birthday Ulid..
Happy birthday, happy birthday
Happy birthday Ulid.."

Aku di parkiran sekolah. Ada 17 lilin disusun merangkai angka 17. Dan didepanku ada 5 orang Adi, Sarkem, Zhizhi, Agung, Rengga dan Rahma membawakan tulisan: HAPPY BIRTHDAY ULID, WE ALWAYS LOVE YOU.

Kemudian aku nangis sejadi-jadinya. Ya Allah, what kinda day is this? Rasanya kaya digaplok, punya segini banyak temen yang inget dan berusaha buat bikin aku seneng, tapi masih belum bersyukur.

Rahma maju ke depan membawakan kue yang dihiasi lilin-lilin kecil. Aku merangkai doa dan meniupnya satu persatu. Mereka menyuruhku meniup 17 lilin di hadapanku tadi satu-satu. Perasaanku masih random banget. Dan masih nggak bisa ngomong apa-apa, masih terus nangis.

"Aduh.. Makasih ya cah.. Ya Allah aku gak nyongko.. Ya Allah.." hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutku selanjutnya.

"Habede ya lid.."
Dan ternyata ada Ericko. Aku bener-bener gak nyangka orang itu ada disini. Maksudku, aku baru beberapa hari kenal sama dia dan sekarang dia disini buat ikutan ngasih aku surprise. Aku masih belum percaya, semua ini, disini, saat ini. God, you must be kidding me. Dan ternyata dari tadi divideo sama Abim. Ah sial.

"Lid ini kadonya, dibuka ya.." kata Zhizhi.
"Ojo dirusak lho, wi mbungkuse dengan penuh perasaan masane!" tambah Rengga.
Aku membukanya perlahan dan akhirnya muncul sebuah kotak. Mereka menyuruhku membukanya dan ternyata isinya.......jam di Rumah Warna. Jam kameraku yang unyu. Mereka membelikannya untukku. Ya ampun rasanya kayak di sinetron. Aku berkali-kali mengucapkan terima kasih karena aku memang sangat-sangat menginginkannya, tapi harganya mahal jadi aku berpikir untuk nabung dulu. Tapi mereka memberikannya secara cuma-cuma. Aaaa you guys really win this night :'')

Semua memelukku dengan erat dan memberikan ucapan selamat padaku. Aku nangiiiiiis laagiii. Note: aku masih pake mukena habis tarawih tadi. Akhirnya mereka melumeri wajahku dengan krim, memberesi semuanya dan mengantarku pulang. Aku dianter Ericko, bertiga sama Rahma.

"We mau mikirmu sing nggonceng kowe Agung to? Padahal aku. Mau kok pikir sing njunjung kowe  Gembul to? Padahal aku… Mau jaketku lho, Lid. Bar tak ngge basket yo'an. Enak to ambune?"

Hening. Tanpa basa-basi kulumeri wajah Ericko dengan krim tanpa peduli omelannya sepanjang jalan. Setelah itu aku bersihin wajah dan beresin barang-barang pemberian mereka tadi. Dan habis itu ke alun-alun buat beli tahu petis sama Adi, Rahma dan Sarkem. Aku gak peduli walau itu udah jam 9 dan gerbang sekolah pastinya bakalan tutup. Kami menikmati tahu petis dan pura-pura lupa kalo besoknya harus sekolah. Akhirnya jam 10an kita pulang. Dan ketika sms ucapan mereda, si henpon berdering lagi. Ternyata Cungkring ngucapin selamat ulang tahun, dan dia manggil gue Kak Hilmah. Ketika aku tanya kenapa manggil gitu, katanya aku ingin menjadi jerami diantara tumpukan jarum -_- yo wis iyo, sak bahagiamu, Cung. Kok ucapne terakhir ae aku wis seneng. Akhirnya disuruh tidur sama Cungkring karena udah malem dan takut besok telat sahur.


And probably 17 is as sweet as they said. I love you guys <3 span="">


-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Special thanks to these people: Mom, Dad, Naasa Fikri, Adi Ariyanti, Kurnia Dilia,  Zhizhilia Zulfa Nabila, Binsar Rifaldi, Agung Abrianto, Rengga Danutirta, Ericko Rahadiyan, Abim Prakoso, Rahma Maulida, Anggun Alviana, Benediktus Andre Setyawan, Selgita Fitrian, Windu Prasitama, Elistya Hestin, Niken Widyawati, Nabela Karima Putri, Farah Adiba Lutfiana for making my year.

No comments:

Post a Comment