Stasiun UI pukul 5:30 pagi.
Masih sendirian saja memandangi jalan. Langit masih gelap dan Depok belum begitu riuh dengan suara. Hanya sesekali kudengar dengung sirine serta gertakan piston kereta yang berlalu di belakangku. Oh ya, dan juga para senior FIB (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya) sedang nyanyi-nyanyi nggak jelas di seberang sana setiap kali ada junior yang lewat. Entah hanya perasaanku atau aksi tersebut lebih merupakan suatu intimidasi daripada penyambutan. Haha whatever
Sejenak setelahnya, aku tidak lagi sendirian. Banyak remaja seusiaku yang berdatangan. Ada yang mengenakan pakaian batik, ada yang menggunakan kostum olahraga, ada juga yang berbaju putih-hitam termasuk saya. Selain pakaian yang mereka kenakan, di punggung dan dada mereka terjuntai papan nama yang entah butuh waktu berapa lama untuk membuatnya. Beberapa dari mereka mengenakan papan nama yang untuk membuatnya dibutuhkan keterampilan menganyam. Ya, menganyam. Di tengah kesibukan mahasiswa baru, mereka harus menganyam. Bayangkan betapa merepotkannya. Sedangkan yang lainnya, megenakan tali rafia tiga warna yang dibentuk kepang untuk mengalungkan papan nama mereka. Ada lagi yang membawa tas dari kardus bekas yang entah kapan mereka menyelesaikannya. Seorang lelaki disamping kiriku, dengan RENVOI sebagai nama kelompoknya, sedang sibuk menyalin delapan esai 800 kata di logbook miliknya. Ia bahkan harus menggunakan pena warna merah untuk menuliskan satu kata tertentu. Aku tersenyum kecut melihat semua fenomena itu. Mata mereka lelah dan sayu. Ya Tuhan, apakah semalam mereka sempat tidur?
Dan....
Kemudian aku ngaca. Not literally :p aku pakai putih-hitam juga. Pakai name tag juga. Pake slayer biru muda sama tas serut gambar trisula yang ada namaku diatasnya, udah kaya anak pramuka mau kamping. Ada sebagian hati kecilku yang ingin sekali berontak, gila malu saya kak. Secara dari kosan sampai halte harus jalan kaki. Dari stasiun sampai fakultas juga harus jalan kaki. Diliatin orang. Namun kalau aku bandingkan dengan orang-orang di sekitarku, nampaknya aku yang paling nggak ribet. Dan mungkin karena alasan itu juga, aku mau-mau saja disuruh seperti ini. Lagipula sudah konsekuensi. Haha memang kadang penderitaan orang lain bisa jadi obat pengurang sakit buat penderitaan kita sendiri. Duh kok jadi jahat...
Aku jadi mikir: kenapa aku mau? Padahal aku udah capek dengan hal-hal semacam ini. Dibentak-bentak padahal ngomong biasa aja juga kedengeran, dicari-cari kesalahannya padahal nggak salah, dipelotot-pelototin sampe berasa jadi kaya penganten lari dari resepsi, banyak lah. Buat apa hal-hal kayak gini aku jalanin lagi? Buat apa juga mereka kayak gitu? Sedangkan aku, dalam satu program lain, yang lebih nggak nonsense kayak gini, aku bisa kenal deket banget sama teman-teman dalam program tersebut. Yang mana dapat aku simpulkan bahwa dengan membuang unsur-unsur additional kaya gitu pun tujuan program dapat terlaksana kok.
Akhirnya aku ngerti, dan sadar kenapa aku datang dengan segala tetekbengek yang melekat pada diriku hari ini saat ini. Itu adalah alasan satu-satunya aku mau ikutan acara beginian, alasan itu adalah: "Ini kampus yang kamu impi-impikan. Ini yang kamu mau". That's what I tell myself like....all the time whenever I feel like all of my actions are total waste of time. Mungkin teman-temanku yang lain juga mengatakan hal yang sama kepada diri mereka masing-masing. Kami hanya harus menyelesaikan hingga akhir, berpura-pura menikmati seperti para kakak senior yang juga berpura-pura galak dihadapan kami which we also always tell ourselves "Aslinya mereka baik kok.". Sedangkan sampai disini aku belum tahu siapa yang salah, sistemkah? Atau pelaksana sistemkah? Because just so you know, things like these won't drag anyone anywhere as it only lifts down their mental, which means you're gonna say i hate it if you're stressed yet you don't want them to blame it all on you then say it's not my fault it's them who's lame haha. Pengen rasanya nanti jadi petinggi biar bisa merubah dunia dan sistemnya (mendadak idealis) (padahal masih maba) (haha iye maba). Semoga saja.
So, this is just a post from a freshmen. It tuns out that this is the first time she's getting diospek. And she's gonna love it if you take those words seriously meskipun sebenarnya diospek seru juga. Selamat ospek semuanya, semoga kelak jadi pemimpin yang bisa menghapuskan ospek dari muka bumi ini heheheh.