26.8.15

Officially Diospek

Kemarin,
Stasiun UI pukul 5:30 pagi.


Masih sendirian saja memandangi jalan. Langit masih gelap dan Depok belum begitu riuh dengan suara. Hanya sesekali kudengar dengung sirine serta gertakan piston kereta yang berlalu di belakangku. Oh ya, dan juga para senior FIB (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya) sedang nyanyi-nyanyi nggak jelas di seberang sana setiap kali ada junior yang lewat. Entah hanya perasaanku atau aksi tersebut lebih merupakan suatu intimidasi daripada penyambutan. Haha whatever

Sejenak setelahnya, aku tidak lagi sendirian. Banyak remaja seusiaku yang berdatangan. Ada yang mengenakan pakaian batik, ada yang menggunakan kostum olahraga, ada juga yang berbaju putih-hitam termasuk saya. Selain pakaian yang mereka kenakan, di punggung dan dada mereka terjuntai papan nama yang entah butuh waktu berapa lama untuk membuatnya. Beberapa dari mereka mengenakan papan nama yang untuk membuatnya dibutuhkan keterampilan menganyam. Ya, menganyam. Di tengah kesibukan mahasiswa baru, mereka harus menganyam. Bayangkan betapa merepotkannya. Sedangkan yang lainnya, megenakan tali rafia tiga warna yang dibentuk kepang untuk mengalungkan papan nama mereka. Ada lagi yang membawa tas dari kardus bekas yang entah kapan mereka menyelesaikannya. Seorang lelaki disamping kiriku, dengan RENVOI sebagai nama kelompoknya, sedang sibuk menyalin delapan esai 800 kata di logbook miliknya. Ia bahkan harus menggunakan pena warna merah untuk menuliskan satu kata tertentu. Aku tersenyum kecut melihat semua fenomena itu. Mata mereka lelah dan sayu. Ya Tuhan, apakah semalam mereka sempat tidur?

Dan....
Kemudian aku ngaca. Not literally :p aku pakai putih-hitam juga. Pakai name tag juga. Pake slayer biru muda sama tas serut gambar trisula yang ada namaku diatasnya, udah kaya anak pramuka mau kamping. Ada sebagian hati kecilku yang ingin sekali berontak, gila malu saya kak. Secara dari kosan sampai halte harus jalan kaki. Dari stasiun sampai fakultas juga harus jalan kaki. Diliatin orang. Namun kalau aku bandingkan dengan orang-orang di sekitarku, nampaknya aku yang paling nggak ribet. Dan mungkin karena alasan itu juga, aku mau-mau saja disuruh seperti ini. Lagipula sudah konsekuensi. Haha memang kadang penderitaan orang lain bisa jadi obat pengurang sakit buat penderitaan kita sendiri. Duh kok jadi jahat...

Aku jadi mikir: kenapa aku mau? Padahal aku udah capek dengan hal-hal semacam ini. Dibentak-bentak padahal ngomong biasa aja juga kedengeran, dicari-cari kesalahannya padahal nggak salah, dipelotot-pelototin sampe berasa jadi kaya penganten lari dari resepsi, banyak lah. Buat apa hal-hal kayak gini aku jalanin lagi? Buat apa juga mereka kayak gitu? Sedangkan aku, dalam satu program lain, yang lebih nggak nonsense kayak gini, aku bisa kenal deket banget sama teman-teman dalam program tersebut. Yang mana dapat aku simpulkan bahwa dengan membuang unsur-unsur additional kaya gitu pun tujuan program dapat terlaksana kok.

Akhirnya aku ngerti, dan sadar kenapa aku datang dengan segala tetekbengek yang melekat pada diriku hari ini saat ini. Itu adalah alasan satu-satunya aku mau ikutan acara beginian, alasan itu adalah: "Ini kampus yang kamu impi-impikan. Ini yang kamu mau". That's what I tell myself like....all the time whenever I feel like all of my actions are total waste of time. Mungkin teman-temanku yang lain juga mengatakan hal yang sama kepada diri mereka masing-masing. Kami hanya harus menyelesaikan hingga akhir, berpura-pura menikmati seperti para kakak senior yang juga berpura-pura galak dihadapan kami which we also always tell ourselves "Aslinya mereka baik kok.". Sedangkan sampai disini aku belum tahu siapa yang salah, sistemkah? Atau pelaksana sistemkah? Because just so you know, things like these won't drag anyone anywhere as it only lifts down their mental, which means you're gonna say i hate it if you're stressed yet you don't want them to blame it all on you then say it's not my fault it's them who's lame haha. Pengen rasanya nanti jadi petinggi biar bisa merubah dunia dan sistemnya (mendadak idealis) (padahal masih maba) (haha iye maba). Semoga saja.




So, this is just a post from a freshmen. It tuns out that this is the first time she's getting diospek. And she's gonna love it if you take those words seriously meskipun sebenarnya diospek seru juga. Selamat ospek semuanya, semoga kelak jadi pemimpin yang bisa menghapuskan ospek dari muka bumi ini heheheh.


(Bonus foto rupa bahagia sesaat setelah kelar ospek, bersama kakak mentor kelompok yang nggak jahat)

18.8.15

So fk the distance

"Take a piece of my heart and make it all your own.
So when we are apart, you'll never be alone."
Shawn Mendes 

14.8.15

Balada Anak Rantau (bagian 1)

Hai pembaca (kalo ada) (ya ampun ngenes banget). Dulu sempat berjanji kalau udah disini mau rajin-rajin nyamperin blog paling enggak seminggu satu postingan bermutu. Namun, begitulah, realita selalu berbanding terbalik dengan ekspektasi. Ekspektasinya sih nyampe disini langsung beberes langsung bisa klop sama lingkungan langsung banyak inspirasi. Ternyata realitanya: nyampe disini kosan belum fix, baru fix jam 9an malem dengan kondisi super capek habis ngantri 455 nomor buat registrasi, belum lagi letak kosan yang amat jauh dari peradaban perpsikologian (apa ini), dan begitu nyampe kosan setelah seharian kegiatan yang ada hanyalah....pengen tidur. Duh.

Jadi, sesampai saya disini--untuk pertama kalinya ngeliat kampus yang amat sophisticated dimana pada saat itu juga langsung jadi mahasiswanya HAHAHA--banyak sekali yang bertanya.

"Gimana? Udah kerasan di sana?"
"Udah dapat temen baru belum?"

Jujur, sampai saat ini aku masih belum percaya bahwa aku disini, jadi maba di univ ini. Masih takut kalau suatu hari aku bangun dan selama ini semuanya cuma mimpi. Sebab aku, tanggal 9 Juni 2015, di Ubhara, setelah selesai mengerjakan soal TPA, aku pergi ke masjid. Nangis disana karena ngerasa nggak bisa ngerjainnya. Soalnya benar-benar jauh diluar perkiraan. Bahkan dengan nilai try outku di bimbel yang sudah jauh melampaui passing grade, aku benar-benar dibuat down dengan soal-soal TPA. But God gives me this dan you just can not imagine how retarded I'd be if I didn't feel blessed. And anyway jika semua ini hanya mimpi, bolehlah aku menikmatinya dahulu sebelum semuanya hilang dan jadi kenangan.


Well, saatnya bercerita. Judul kali ini adalah Depok Story. Berisi tentang kira-kira first impression aku setelah menjadi bagian dari Universitas Indonesia, perlambang citaaaa, berdasarkan Pancasila dasaaaar negara. (ceritanya sambil latihan padus)


PERTAMA. Yang jelas itu CULTURE LAG! Sampai disini itu berasa anak daerah banget and sometimes when you see them ganging up with their friends, with their ombre and dyed up hairs, with their make ups, with iPhones on their hands, ada bagian di dalam hati kecilmu yang berkata "Aku mah apa atuh..".

Selain itu, belum kebiasaan ngomong lu-gua dalam percakapan sehari-hari. Aku sih sebenarnya kurang berkenan kalau disuruh ngobrol pakai lu-gua, karena entah kenapa kesannya agak kasar. Lebih suka pakai aku-kamu aja atau kalau nggak gitu sebut namanya, biar kesannya lebih akrab. Tapi tergantung konteks sih. Kalau emang yang diajak ngomong bener-bener anak metro dan gak bisa diajak sopan-sopanan, yaudah lu-luin aja wkwk.

KEDUA. Buta arah dan mata angin. This really happened karena UI yang rimbun penuh pepohonan dan danau amatlah luas bagaikan oase ditengah gurun Depok yang panas. Di UI transportasi umum satu-satunya yang reliable dan gratis hanyalah Bis Kuning alias bikun dan Sepeda Kuning alias sepekun. Namun ketersediaan fasilitas tersebut tidaklah lengkap tanpa disertai kemampuan navigasi yang memadai. Karena ketika sepekun tidak beroperasi, kamu harus naik bis. Dan ketika kamu salah naik bis, maka nyasarlah kamu.

KETIGA. Susah makan dan kelangkaan tempe. Jangan harap makan enak dulu, selama disini susah banget ngeluangin waktu buat seenggaknya makan nasi sekali sehari. Bukan karena gak ada budget, tapi karena waktu buat ngeluangin makan nasi kadang rasanya nggak ada mengingat makan nasi membutuhkan waktu yang banyak dan turunnya nasi itu lama juga. Seminggu ini, pagi cuma sempet ke Alfamart, siang ke kantin (kalo sempet), sore nyampe kos udah capek banget dan males keluar jadi biasanya cuma ngemil aja. Ini kalo ibuku baca pasti dimarahin habis-habisan deh -_-

Selain susah makan nasi, disini susah banget nemuin tempe goreng yang bener-bener enak. Kedelai di sini beda banget sama kedelai di Jawa. Tempe-tempe di sini rasanya nggak nagih. Dan tadi, baru kali ini aku ngerasain yang namanya kangen tempe. Elah tempe dikangenin (iy soalny mw blg i miss u ke doi gengsi wkwk). Jadilah tempe mendoan seharga 2.000 pun kubeli tiga biji. Di Jawa tempe 2.000 udah dapet empat biji.

KEEMPAT. KANGEN TEMAN-TEMAN DI JAWA. This is so unexplainable. Mengingat aku di Depok sendirian dan teman-temanku nyebar dari Ujung Kulon sampai Suramadu sering bikin aku sedih. Kadang aku ngerasa lonely banget. Kadang yang biasanya kalo lagi baper nyelonong buka kamarnya Adi, curhat-curhat sampe ketiduran bareng sekarang ga bisa lagi. Yang dulu biasanya kalo lagi nangis bisa minta peluk ke Miranda sama Iis sekarang juga udah ga bisa lagi. Yang dulu kalo lagi ngenes suka cerita-cerita ngablak ke Niken, sekarang udah gabisa lagi. Sekarang kalo mau baper nangis-nangis, bapernya sendirian terus nyanyi-nyanyi lagu galau sambil showeran wkwk #inibener. Tapi ya gimana lagi, beda orang, beda ambisi, beda mimpi :)
We had to go our ways. Jalan itu dulu satu, sekarang bercabang dan tidak ada yang tahu apakah cabang-cabang itu akan bermuara kembali pada satu jalan yang sama. Meski berat ninggalin teman-teman, tapi aku ikhlas, aku jadi sebahagia-bahagianya manusia mengetahui bahwa mereka masuk univ yang mereka impi-impikan dan sepuluh tahun lagi mungkin bakal reunian bawa suami, istri dan anak masing-masing. Bayanginnya bahagia banget, di hati adem banget :'))


Dan, ya. Kira-kira begitulah pengalamanku selama kurang lebih seminggu tinggal di sini. Semoga jarak nggak jadi alasan buat kita jadi teledor sama kewajiban. Semoga kalian yang juga jadi maba semangat ospeknya, semangat hunting senior cakep kalau sempet. Semoga hidup di kota-kota besar nggak menjadikan kalian anak-anak hedon yang cuma guntingin duit orang tua. Terus copas banner yang dipampang di FT "Daripada main kartu, lebih baik menuntut ilmu". Semoga doa-doa baik kita dan orang-orang yang sayang sama kita dikabulkan. Selebihnya, semoga sukses di perantauan masing-masing. Jaga kesehatan ya, God bless you all :)

11.8.15

Entah sudah berapa ribu hari
aku menunggu
untuk hari ini.

Entah berapa ribu hari lagi
harus aku menunggu
untuk hari seperti hari ini.

6.8.15

Nggak boleh bosen adaptasi lagi

First day of school: para senior dan junior sama aja. Sama-sama pada cakep wkwk.

Dan kawan, bawa aku tersesat ke Entah Berantah!

Di sebuah kereta malam, 5 Agustus 2015.
(telah dipublikasikan melalui instagram dan menuai banyak kritik karena kepanjangan caption. Terus dipindah disini. Gitu.)

Hari ini aku menutup peta kehidupanku yang lama. Jalan-jalan yang sudah kuhafal, tempat-tempat bersejarah, seluruhnya kusimpan rapi di suatu bilik pikiranku. Berjaga-jaga jika suatu hari mereka akan sempat kusambangi lagi.

Aku selalu berpikir bahwa bisa saja saat ini juga aku menyatakan mundur. Bisa saja aku menyengaja untuk jatuh dan menyia-nyia semua waktu, membuatnya sedikit tidak berharga. Terlalu banyak bekas luka, terlalu banyak air mata, terlalu banyak niatan baik yang disalahgunakan, terlalu banyak kawan yang kusingkirkan, hingga kini aku jadi pengecualian.

Namun aku sadar bahwa semasa hidupnya, manusia akan selalu berkorban demi sesuatu yang lebih besar, lebih mahal, atau lebih 'tidak mungkin'. Dan, Ya Tuhan, ketidakmungkinanku terbayarkan. Lunas tanpa utang. Setiap malam, dini hari, sepanjang siang, kaki-kakiku telah terus berlari. Selanjutnya yang aku tahu, Kau menggendongku terbang menuju tempat yang dulunya kusebut 'mimpi'. Maka izinkan aku berterima kasih, Tuhan, untuk hidup yang pantas ditangisi dan ditertawakan. Semoga Engkau tidak lelah megajariku, tidak lelah mendengarkan doa-doa orang yang sering putus asa sepertiku. Hahaha

4.8.15

Kado dari waktu

2 Agustus.
Happy birthday yaa. Semoga panjang umur, diberi kesehatan dan selalu dalam perlindungan Allah SWT.
Semoga bertambah segala kebaikannya, dimudahkan segala urusan dan diberi kelancaran dalam menuntut ilmu.
Sukses ya!!! Aku pengen suatu saat liat kamu tersenyum bangga karena telah berhasil wujudin segala impian kamu dan atas tercapainya semua cita-cita kamu.
Selamat berjuang ya di UI, jaga diri disana, belajar yang serius!
Ini cuma buat kenangan aja. Supaya kamu gak telat masuk kuliah juga sih hehe :D maaf ya kalo jelek banget, aku gak pandai milih soalnya.

Selamat ulang tahun, Maulidia Annisa Hilma.


***
Dan aku bahkan tidak tahu ini dari siapa.