6.8.15

Dan kawan, bawa aku tersesat ke Entah Berantah!

Di sebuah kereta malam, 5 Agustus 2015.
(telah dipublikasikan melalui instagram dan menuai banyak kritik karena kepanjangan caption. Terus dipindah disini. Gitu.)

Hari ini aku menutup peta kehidupanku yang lama. Jalan-jalan yang sudah kuhafal, tempat-tempat bersejarah, seluruhnya kusimpan rapi di suatu bilik pikiranku. Berjaga-jaga jika suatu hari mereka akan sempat kusambangi lagi.

Aku selalu berpikir bahwa bisa saja saat ini juga aku menyatakan mundur. Bisa saja aku menyengaja untuk jatuh dan menyia-nyia semua waktu, membuatnya sedikit tidak berharga. Terlalu banyak bekas luka, terlalu banyak air mata, terlalu banyak niatan baik yang disalahgunakan, terlalu banyak kawan yang kusingkirkan, hingga kini aku jadi pengecualian.

Namun aku sadar bahwa semasa hidupnya, manusia akan selalu berkorban demi sesuatu yang lebih besar, lebih mahal, atau lebih 'tidak mungkin'. Dan, Ya Tuhan, ketidakmungkinanku terbayarkan. Lunas tanpa utang. Setiap malam, dini hari, sepanjang siang, kaki-kakiku telah terus berlari. Selanjutnya yang aku tahu, Kau menggendongku terbang menuju tempat yang dulunya kusebut 'mimpi'. Maka izinkan aku berterima kasih, Tuhan, untuk hidup yang pantas ditangisi dan ditertawakan. Semoga Engkau tidak lelah megajariku, tidak lelah mendengarkan doa-doa orang yang sering putus asa sepertiku. Hahaha

No comments:

Post a Comment