14.7.12

A

Anak rantau gak boleh galau.

This nite was flawless, don’t you let it go

June 9.
Hari peringatan terakhir untuk kita menyebut nama SMP Terpadu sebagai “sekolahku”. Menyakitkan, karena hari itu adalah hari pelepasan. Ya, kami dilepaskan. Mengapa? karena tak ada lagi yang perlu dilakukan disini selain melangkah dan melepas semua kenangan itu.

Aku tak tega, aku tahu kau pun juga sama. Kita sama-sama tak tega untuk melepas. Semua yang kita lalui begitu berharga bagiku. Ketika senja tak lagi indah kita pun saling berpelukan dan melepaskan segala peluh, melepas segala keluh. Kau kemudian menatapku dan berkata “Jangan lupakan aku.” Mungkin kau gila karena kau tahu jawabannya. Bagaimana mungkin aku lupa denganmu, kalian. Aku hidup untuk kalian, dan kalian hidup untuk menemaniku.

Seakan setiap detik berharga, kau untaikan lagi puisi itu. Rerumputan dan ilalang menyanyi syahdu seiring dengan lagu yang kau mainkan. Seisi langit menahan tangis atas kepergianmu. 



Lilin-lilin kecil melayang-layang dalam hampa kegelapan hatiku dan hatimu saat itu. Angin mendesah keras menyuruhku berhenti. Duniaku berduka. 



Aku tak mau kembali dalam kesepian. Aku tak mau lagi berjalan sendiri. Aku ingin berjalan bersamamu selamanya, namun tak bisa. Jalan yang dulu hanya ada satu, kini bercabang menjadi dua, tiga, sepuluh, empat puluh, bahkan sembilan puluh.


Maafkan aku, aku hanya takut kehilanganmu ..




Maafkan aku tak bisa memahami maksud amarahmu, membaca dan mengerti isi hatimu.
Ampuni aku yang telah memasuki kehidupan kalian, mencoba mencari celah dalam hatimu.
Aku tahu ku takkan bisa, aku tahu dia yang bisa menjadi seperti yang engkau minta.
Namun selama nafas berhembus, selama aku bernyawa, aku ‘kan mencoba menjadi seperti yang kau minta..



tertawalah atas perpisahan yang tragis ini kawan..


 saranghaeyo..