28.6.14

Jika Kamu Bukan 'Politikovora'


First of all, JIKA KAMU MERASA NGGAK SUKA POLITIK DAN SEGALA BAHASAN TENTANG POLITIK, I'M SURE YOU GOTTA THINK THREE TIMES.



Pesta demokrasi di Indonesia super rame yah! Sumpah ngerasa beruntung banget berada di lingkungan orang-orang yang peduli terhadap pasang surut politik negaranya. It was fun, but somehow the intricks tickle me either. Kali ini saya bakal bahas soal politik menjelang pemilihan presiden di Indonesia, jangan berharap bahasan tinggi-tinggi karena saya bukan pakarnya. Politik itu bukan bidang saya, bukan makanan sehari-hari. Jadi heat menjelang pilpres ini sedikit banyak membuat saya terbiasa dan mau tidak mau ikut-ikutan terlibat juga ngomongin politik. “And this heat makes us forget for a while how our current president sucks” (Revolutia said)

Jadi, 9 Juli nanti saya (kita semua deng) akan memilih Presiden yang akan menggantikan Presiden kita yang sekarang ini. Ada dua pasangan capres dan cawapres yang sekarang ini bener-bener jadi pembicaraan, bahkan bulan-bulanan masyarakat dan media massa. Sudahkah kamu menentukan siapa yang akan kamu pilih nanti? Jika ya, alhamdulillah, better keep it in mind. Jika belum, ada baiknya untuk mempelajari seluk beluk calon pemimpinmu lebih dalam. Karena berdasarkan pengalaman saya waktu pemilihan legislatif dulu, i really got nothing to do but nyoblos membabi buta karena gak kenal nama siapapun di kertas segede gaban (yang kalo dibuka penuh bisa menuh-menuhin bilik suara) (yang bisa aja keliatan dari luar dan dicontek orang) (ah sudahlah..). Waktu itu saya benar-benar tidak mengerti bagaimana cara kerja mereka-mereka yang saya pilih itu dan apa untungnya untuk saya, jadilah saya ngawur milihnya.

Dan di pilpres kali ini, saya nggak mau kaya gitu lagi. Saya bertekad untuk benar-benar mempelajari keempat calon ini secara mendalam karena orang-orang inilah yang nantinya akan membawa perubahan pada Indonesia kita. Indonesia kita yang sekarang terasa amat membosankan, yang mulai kehilangan Pancasilanya. Maka mulai dari sekarang, mulailah kalian membaca, bertanya, dan menyimak keadaan sebanyak-banyaknya.

Well, sekali lagi saya bukan Politikovora. Namun hal-hal yang saya lakukan dalam rangka tindakan preventif mencegah salah pilih mungkin dapat dicontoh..




1. Nonton debat dari awal sampai habis, walaupun terlihat membosankan dan salah satu calon menang telak.
Debat merupakan salah satu cara agar kita dapat menerawang lebih jauh tentang bagaimana seseorang beropini, menyampaikan pendapatnya. Melalui debat kita dapat melihat intelijensi seseorang dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan kondisional yang disampaikan oleh si moderator, dan akan terlihat apakah si calon benar-benar memahami permasalahan dalam pertanyaan atau hanya mengumpulkan pengetahuan-pengetahuan dasar dari apa yang ia ketahui berhubungan dengan permasalahan tersebut.
 
Seluruh pertanyaan tersebut erat kaitannya dengan kehidupan memimpin dan bermasyarakat, serta isu-isu global terkait dengan hubungan internasional negara kita. Maka dengan mendengarkan jawabannya, saya rasa cukuplah bagi kita untuk mengetahui di permukaan tentang way of thinking-nya para kandidat dalam menyelesaikan permasalahan yang mungkin muncul pada saat dia memimpin nantinya. 

Sedangkan what matters the most adalah kembali pada bagaimana si calon menjawab pertanyaan-pertanyaan impromptu, yang juga bisa kita artikan sebagai keadaan mendadak. Paling tidak jika dia bisa menjawab pertanyaan dengan baik (literally good), bisalah kita menganggap bahwa dia mampu dan siap untuk semua keadaan darurat yang mendadak. 


1,5. Nonton debat sambil buka timeline.
Terlepas dari asyiknya nonton debat, saya sarankan untuk buka timeline media sosial apapun sesaat atau setelah penyampaian jawaban. Karena pengisi timeline adalah gabungan dari berbagai jenis masyarakat, Bhinneka Tunggal Ika dalam skala kecil lah intinya. Sehingga selama berjalannya debat, atau setelah penyampaian argumen kedua calon kita dapat melihat how people interprete about what they’ve just seen on TV. Dan itu menyenangkan dibanding terjebak dengan pemikiran-pemikiran sendiri yang kadang nyesatin. Dengan melihat bagaimana masyarakat menyimpulkan, in the end of the day kita juga akan menyimpulkan, right? 



2. Lihatlah siapa calon yang dipilih oleh sosok idolamu. 
Ini hal yang ratingnya paling atas buat saya. Sebagai politic-rookie, yang gak punya basis apa-apa soal politik, apa lagi sih  yang bisa saya lakukan selain baca hasil pemikiran orang tentang politik itu sendiri?

Saya suka penulis-penulis muda yang berpikiran bebas dan anti-egosentris, yang tentunya objektif. Saya follow update-an dia di sosmed manapun, semua artikelnya saya baca khususnya yang berbau politik berkaitan dengan pilpres ini. Dan ini benar-benar membantu saya dalam memilih, karena mereka menyampaikan keberpihakan mereka secara beralasan. Dan alasan tersebut elegan karena didasari oleh fakta. Dan saya suka.

Namun saya tidak recommend mereka yang memihak pada satu sisi tanpa alasan yang konkret, tidak berdasarkan fakta, apalagi hanya ikut-ikutan. JANGAN PERNAH mengiyakan argumen kosong yang nggak ada dasarnya. Jika kamu ingin menilai seseorang, nilailah apa yang telah dia lakukan, bukan apa yang akan dia lakukan. Cause we know everyone has a dream, with ways that sometimes not lead us to our destination. Paham ga? Paham ya :D *maksa*


 
3. Tanyalah mereka yang sudah memilih, mengapa mereka memilih calon tersebut?  
I once had friends, dan saya rasa mereka sudah tegas memilih siapa calon yang mereka pilih. Saya yakin kalian juga begitu, tidak mungkin tidak. Maka dari itu sempatkanlah waktu untuk bertukar pikiran tentang pilihan mereka. Namun pertama-tama berilah ackowledgement bahwa kamu gak ngerti apa-apa soal politik dan pengen banget belajar. Berilah lawan bicaramu mindset bahwa kamu adalah kertas kosong yang siap ditulisi dan diberi poin-poin yang perlu diingat, sehingga ia tidak merasa diintimidasi atau merasa kamu mencoba mengorek kelemahan calon yang ia pilih untuk dijadikan bumerang. Kemudian tanyalah tentang mengapa dia memilih calon tersebut, jangan mencoba membenarkan anggapan apapun yang dia sampaikan. Walaupun kamu keras kepala, cobalah untuk berkepala dingin dan memborgol setan-setan dikepala biar gak kabur saat kamu memiliki pemikiran berbeda. Intinya, posisikan dirimu sebagai seorang pendengar, seseorang yang lagi dicurhatin. Jika dia sudah selesai berpendapat, maka simpulkanlah.


 
Sounds easy, ha? Iya.

Jadi, let me suggest you kalau pemilu tahun ini jangan golput lagi. Karena sebenarnya kamu akan lebih dekat dengan Presiden daripada dengan legislatif. Dialah yang nanti memberikan influence pada kamu dan keluargamu. Dialah yang nanti menjadi The Man of Indonesia, yang baik buruknya negara ini—all the burdens are on his shoulder. Yang nantinya akan kita serbu kalau dia salah, dan kita sanjung kalau dia benar. Jika kamu golput, maka kamu tidak memiliki hak itu, untuk mengkritisi. Karena kamu tidak memilih sebelumnya, kamu tidak berpihak pada siapapun dan how on earth can you blame one side (which means actually you’ve decided, but you don’t show it)? Because that someone in the guilty side might happen standing there because of your own fault of not choosing. See? Semua orang memiliki peluang untuk menjadi yang bersalah, maka dari itu benarlah frasa bahwa ‘satu suara anda menentukan masa depan bangsa ini’, who knows kalau calon presiden yang seharusnya membawa berkah gagal menjadi presiden hanya karena kalah satu suara—yang ternyata itu adalah suaramu yang tidak kamu gunakan, dan digunakan orang lain untuk memihak di sisi yang lain.

It’s okay to be a rookie ‘cause that means you're someone who gotta learn more and more, maybe much more than those experts. So, know the candidates and use your voice wisely.
Happy voting!!

No comments:

Post a Comment