4.6.15

Surat untuk Tuan

Hai Tuan, maaf jika akhir akhir ini berubah jadi aneh. Separuh diriku sedang kutinggalkan dibalik pintu. Entah sudah membusuk atau malah pergi ditiup angin.

Maaf aku menyebalkan. Kamu tidak perlu memaksakan diri untuk mengertiku. Biarkanlah letupan-letupan kebencian itu menghiasi hari-harimu. Biarkanlah semua pikiran buruk tentangku bergentayangan di pikiranmu. Biarkanlah. Sebab aku ini begini adanya.

Semoga kamu tidak bosan menggangguku. Sebab semua ini hanya sementara. Lagipula, tidakkah kau akan merindukanku dalam waktu dekat ini? Aku yakin definisi diriku lebih dari kata-kata yang kau muntahkan dalam amarah. Kau akan menemukan aku yang sebenarnya ketika kau sendiri dan sepi.
Kau akan tahu bahwa aku yang sebenarnya,
adalah aku yang kau sadari dalam lamunanmu.

Yang dibenci,
Maulidia

No comments:

Post a Comment